BERIBADAH

Beribadah hanya Karena Allah
 مَنْ عَبَدَهُ لِشَىْءٍ يَرْجُوْهُ مِنْهُ اَوْلِيَدْ فَعَ بِطَاعَتِهِ وَرُوْدَ الْعُقُوْبَةِ عَنْهُ فَمَا قَامَ بِحَقِّ اَوْصَافِهِ٠ 

“Barangsiapa menyembah Allah karena mengharapkan sesuatu yang lain, atau karena menolak bahaya yang akan menimpa dirinya, maka ia belum menunaikan tugasnya terhadap Allah sesuai dengan sifat-sifat yang dimiliki-Nya." 

Amal perbuatan yang dilakukan oleh para hamba Allah, tidak akan tncmperoleh apa pun apabila amal tersebut dikaitkan kepada sesuatu selain Allah. Karena amal seperti itu sangat erat dengan kehendak lain yang sama sekali tidak bernilai ibadah murni. Amal ibadah yang sampai dan diterima oleh Allah adalah amal ibadah yang semata- mata didasarkan untuk mencapai keridaan Allah. Bahkan karena takut adanya gangguan dari benda-benda duniawi, atau ancaman kesusahan, bencana, penyakit dan lain sebagainya. Atau takut disiksa oleh Allah, kalau tidak berbuat baik, atau tidak beribadah. 

Sikap seorang hamba dalam ibadah, hanya dipersembahkan kepada Allah, dengan mengharapkan pahala dari-Nya, dengan hati rida dan ikhlas. Allah swt mempunyai sifat kemuliaan dan kesempurnaan, yang dengan sifat itu memberikan rahmat dan kasih sayang-Nya kepada para hamba. Tugas yang wajib bagi hamba Allah adalah mentaati dan mencintai-Nya, sebagaimana Allah telah mencintai dan merahmatinya. 

Nabi Daud as berkata: "Allah swt telah menurunkan wahyu kepadaku dalam firman-Nya: "Sesungguhnya hamba yang paling Aku cintai ialah yang beribadah semata-mata karena Aku, bukan karena mengharapkan pahala. Demikian juga bukan karena adanya pembalasan azab neraka dan kesenangan surga. Bukan semata-mata Allah telah menyediakan surga lalu kita beribadah, atau takut kalau disiksa dalam neraka, atau kuatir tertimpa azab sengsara di dunia dan akhirat. Sebab, kalau demikian, maka tentu manusia tidak akan menyembah Allah." Apakah jikalau Allah tidak menyediakan surga dan neraka, lalu manusia tidak beribadah kepada Allah yang Maha Agung dan itu? Tentunya bukan karena itu semua. Ketahuilah bahwa hak hamba ialah menyembah kepada Al Khaliq. Abu Talib Al Makky menyebut, bahwa sikap beramal ibadah seperti ini adalah sikap yang tetap dari para sahabat dan tabiin yang saleh dengan sepenuh ikhsan terhadap Allah swt. 

Abu Hazim Al Madany berkata: "Aku sangat malu menyembah Allah karena mencari pahala semata-mata, takut diazab, perbuatan ini adalah sifat hamba yang jelek. Jika ia tidak diberi imbalan, maka ia tidak bekerja, atau sebagai pekerja, apabila tidak diberi upah ia malas berbuat. Adapun hamba yang mencintai akan menyembah Allah semata. Sesuai pula dengan sabda Nabi Muhammad saw: "Jangan sampai ada di antara hamba bersikap seperti budak yang berpekerti jelek. Jika ia takut kepada majikannya, ia baru hendak bekerja. Dan jangan pula seperti karyawan yang berbudi pekerti jelek, jika ia tidak mendapat upah, tidak bekerja." 

Seorang hamba yang saleh hendaklah mendudukkan diri benar - benar sebagai hamba yang semata-mata tunduk pada kehendak Allah. Beribadah dan menyerahkan diri kepada-Nya, tidak memaksakan diri meminta sesuatu agar diberi oleh-Nya, akan tetapi menyerahkan kepada-Nya. Dialah (Allah) yang akan memilih yang terbaik menurut iradah dan izin-Nya belaka. Demikian juga si hamba hanya memohon pertolongan kepada Allah, memohon perlindungan hanya kepada-Nya, menjadikan Allah satu-satunya tempat bergantung. Itulah iman yang sebenarnya. Kepada Rabi'ah Adawiyah ditanyakan masalah-masalah kebaikan yang dimaksudkan. Ia menjawab: "Kalian termasuk yang paling baik, apabila kalian tidak mencintai dunia-dunia ini." 

Meskipun seorang hamba dalam beramal dan beribadah semata - mata tidak mencari surga dan menghindari neraka, tidak berarti ia tidak memohon kepada Allah untuk mendapatkannya dan terhindar dari siksa neraka, seperti membaca doa yang biasa diucapkan oleh para hamba, "Ya Allah aku memohon kepada-Mu surga dan aku berlindung kepada-Mu dari ancaman neraka. " Doa ini diucapkan seperti yang diajarkan Rasulullah saw. 

Harapan seorang hamba kepada Allah, sesuai sifat-sifat-Nya yang semata-mata menjadi milik-Nya, seperti Allah Maha Adil, Maha Rahman, Maha Rahim, Maha Melindungi, Maha Pengampun, Maha Mendengar, Maha Halus, dan sifat-sifat lainnya yang si hamba diperintahkan bermohon melalui sifat-sifat kesempurnaan Allah Rabbul Izzah. 

Harapan itu adalah ibadah, yang dengan ibadah itulah Allah berkenan memberi dan menempatkan si hamba pada keridaan-Nya.

INTROPEKSI DIRI

Koreksi dan Introspeksi Diri dari Sifat Buruk
Bahwa sifat-sifat tercela yang terdapat pada diri manusia banyak sekali, itu diakui atau tidak, adapun di antara sifat- sifat tercela yang sering muncul di dalam hati manusia itu adalah sifat sombong, kagum terhadap diri sendiri, bohong, khianat, buruk sangkah, menghina, memfitnah, menertawakan, dengki, marah, bersikap keras, riya' dan lalai bahkan masih banyak lagi yang lainnya.

Oleh karenanya, kewajiban bagi manusia itu sendiri untuk mengoreksi dirinya, agar jangan sampai sifat-sifat jahat tersebut bersarang di dalam hatinya, dan hendaklah berusaha dengan sekuat-kuatnya untuk menghilangkan sifat-sifat tercela tersebut.

Di dalam hal bergaul dengan manusia terkadang bisa menjengkelkan dan juga terkadang menyenangkan, oleh karenanya di dalam bergaul hendaklah kita pandai-pandai untuk mengoreksi diri atau menghindari setiap perbuatan yang dapat mengakibatkan sifat tercela.

Tobat kepada Allah SWT. itu erat sekali kaitannya dengan mengoreksi diri sendiri, sebab bagaimanapun baiknya seseorang pasti pernah melakukan suatu perbuatan yang salah, sedikit atau pun banyak, disengaja ataupun tidak, dan seketika itu jika ia telah ingat maka hendaklah ia segera bertaubat kepada Allah SWT. dan tidak mengulanginya lagi.

Terkadang memanglah tidak sama, apa yang kita kehendaki itu tidak dikehendaki oleh orang lain, dan apa yang dikehendaki oleh orang lain itu tidak sama dengan yang kita kehendaki, dan terkadang orang sering mengoreksi diri kita, mencela kita, serta mengungkit-ungkit akan kesalahan-kesalahan kita mungkin telah membuat diri kita menjadi jengkel dan marah

Di dalam menghadapi hal yang demikian itu ... hamba Allah SWT. yang sholeh dan mukhlis tidaklah akan menyalahkan kepada orang lain. Dan hendaklah ia kembalikan segala-galanya itu kepada Allah SWT. sebagai Pemelihara alam semesta, Maha Adil, Maha Kuasa dan Maha Mengetahui segalanya dengan apa yang tidak diketahui oleh manusia.

Di dalam pergaulan sangatlah diperlukan suatu jiwa ... asalkan tidak angkuh, tabah tetapi tidak menyalahkan, tegar dan selalu waspada.

Agar mengetahui akan kelemahan pada diri sendiri dan dengan berusaha untuk memperbaiki serta menambah .... perbuatan baik, maka mengoreksi diri itu sangat penting dari kita.

Sudah menjadi kebiasaan dari manusia, lupa mengontrol pada diri sendiri, namun kesalahan atau cela orang lain yang telah menjadi bahan pembicaraan setiap hari, sebagai mana pepatah mengatakan bahwa "Gajah di pelupuk mata tak kelihatan, semut di seberang lautan nampak di mata".

Lebih baik menyakiti diri sendiri, sebab mengoreksi lebih baik daripada dikoreksi oleh orang lain sebab itu akan lebih menyakitkan lagi bahkan lebih pedih rasanya.

Untuk itu obat yang paling mujarab di dalam pergaulan itu adalah berusaha untuk memperbaiki diri serta menghidupkan kembali perasaan dan sikap beragama dalam diri kita

Dan dengan bertawakkal kepada Allah SWT. maka rasa sakit dan pedih itu dapatlah disembuhkan dengan sendiirinya kemudian dapat dipulihkan dengan ridlo untuk menerima semua yang datang dari Allah SWT..

Sebagaimana telah disebutkan di dalam surat Luqman ayal 17, yang berbunyi :

Artinya: " .... Hendaklah kalian bersabar atas apa yang telah menimpamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk perkara yang sangat hebat".

Terhadap hamba yang ahli di dalam beribadah. Allah SWT. tidak membiarkan perbuatan orang-orang dzalim menekan kepada mereka (hamba Allah SWT.), hanya saja Allah SW'T, ingin mengetahui berapa besar kesabaran dan ketabahan yang telah dimiliki oleh hamba-hamba-Nya. Apalagi suatu kesalahan atau kepedihan itu telah datang dari diri hamba itu sendiri.

Semua penderitaan yang dialami oleh manusia itu bukan karena Allah benci kepada hamba-Nya, melainkan Allah SWT. ingin agar hamba-hamba-Nya itu mengetahui akan kelemahan dirinya sendiri dan mengetahui akan keagungan serta kehebatan Allah SWT..

Dalam firman Allah SWT. memberikan suatu pengharapan, tertera di dalam surat Al-Baqarah ayat 177, yang artinya adalah sebagai berikut :

"Orang-orang yang sabar menghadapi kesempitan, kesedihan dan pada waktu perang. Mereka itulah orang-orang yang benar imannya, dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa".

Allah SWT. ingin agar hamba-hamba-Nya yang sholeh tertempa jiwanya, maka Allah SWT. menganugerahkan hidup serta kelengkapan yang sangat dibutuhkan oleh manusia, sehingga imannya tidak menjadi luntur berhadapan dengan masalah- masalah dunia yang sangat menyulitkan bagi mereka.

Dalam hal ini Syekh Athaillah telah mengungkapkan pendapatnya yang berbunyi : "Allah SWT. memang sengaja mendatangkan ganggu, untukmu dari manusia, agar kamu tidak merasa tentera karena gangguan itu. Allah SWT. memang menghendaki agar kamu gelisah, agar kamu selalu ingat kepada Alla karena kegelisahan itu".

Di dunia ini banyak yang menyakitkan manusia, dan semi peristiwa yang menimpa kepada manusia itu Allah SWT. telah mengetahui, di antara peristiwa itu adalah ada fitnah, kekejaman, musibah, kebakaran, sakit dan lain sebagainya yang telah menyedihkan kepada manusia serta juga ada caci maki dan kebencian.

Maka dengan gangguan tersebut manusia disibukkan apalagi kalau manusia sangat terikat dengan manusia yan lainnya, dan mereka telah menjadikan bahwa manusia itu tempat harapan dan tumpuhannya, dan mereka itu lebih bahaya bersandar kepada manusia daripada bersandar kepada Alla SWT..

Kadang-kadang manusia tidak sadar bahwa dekatnya dengan manusia lain malah menganggu perilakunya sendiri manusia itu bisa ikhlas dan jujur, juga bisa munafik dan membawa fitnah, jika engkau tidak terjaga oleh pertolongan Allah dan ibadahmu, maka sudah pasti engkau akan terjerumus ke dalam godaan dan fitnah manusia.

"Larimu dari kebaikan manusia, melebihi larimu menghadapi keburukan mereka", (itulah menurut pendapat Syekh Ab Hasan Asy- Syadzili). Kebaikan-kebaikan orang itu langsung membahayakan hatimu sedangkan keburukan orang hanya mampu membahayakan jasmanimu. Sesungguhnya apabila ada musuh yang mendekatkan dirimu kepada Allah SWT., lebi baik daripada sahabat yang memutuskan dirimu dari Allah SWT.".

Perlu diingat, bahwa bahaya yang menimpa jasmanimu itu lebih baik dan ringan daripada bahaya yang menimpa hatimu Dan adapun berterima kasih kepada orang yang berbuat baik kepada kita itu lebih utama disertai dengan pemberian yang seimbang, maka apabila belum sanggup untuk berbuat demikian, berdo'alah kebaikan atas mereka.

Dan masih banyak lagi jalan yang harus kita tempuh untuk mengoreksi pada diri kita sendiri,, agar kita mengetahui atas semua kesalahan yang pernah kita lakukan, untuk itulah kita harus mempunyai ilmu.

Oleh karena itu tanpa ilmu kita tidak dapat mengetahui celah kita sendiri, untuk itu kita harus lebih pandai-pandai di dalam menitih ilmu serta menitih hati, dari segi mana hati kita itu terkena penyakit, dan bila sudah terserang maka segeralah kita mencari obatnya, dan jangan sampai kita hanya menuruti hawa nafsu.

Sebab yang mengajak manusia untuk melakukan suatu perbuatan maksiat itu adalah bahwa nafsu, sebagaimana sesuai dengan firman Allah SWT. yang berbunyi sebagai berikut :

Artinya : "Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaranTuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggalnya" (QS. An-Naziat: 40 - 41).

SEX ZINA

Zina adalah Penyakit Akhlak yang Keji dan Akibatnya
Zina adalah penyakit akhlak yang keji. Perzinaan itu tidak muncul kecuali dalam masyarakat jahiliyah yang jauh dari kesucian dan kemurnian air langit untuk merendahkan kepada kekejian dan kekotoran jahiliyah.
Karena, jalan menuju kejahatan yang besar ini menyeberangi beberapa tahapan yang terkadang dianggap remeh oleh manusia dan tidak mendapat perhatian sama sekali oleh kebanyakan manusia. Dengan demikian, kita dapat menemukan bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjelaskan tingkatan-tingkatan jalan ini agar seorang muslim dapat mengetahui dengan jelas akar masalahnya, sehingga dia ridak akan tercerai-berai bersamanya dan mengantarkannya kepada kemurkaan Allah, maka beliau bersabda:

"Ditetapkan atas anak Adam bagiannya di dalam zina, dia pasti akan mengalaminya: "Kedua mata berzinanya adalah melihat, kedua telinga berzinanya adalah mendengar, kedua tangan berzinanya adalah kezhaliman, kaki berzinanya adalah melangkah, hati berzinanya adalah berkeinginan dan berangan-angan dan kemudian kemaluan membenarkan atau mengingkarinya." (Mutafaq Alaih)

Dan Allah Subhaanahu wa Ta'aala Yang Maha Mengetahui apa yang tersembunyi di dalam jiwa-jiwa tidak memperingatkan bahayanya perzinaan secara langsung, akan tetapi Dia memperingatkan perbuatan-perbuatan yang mendahuluinya. Allah Subhaanahu wa Taala berfirman:

"Dan janganlah kamu mendekati zina: sesunguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk. " (Qs. A1 Israa' (17): 32)

Dan masyarakat-masyarakat yang mengisi jiwa-jiwa para pemuda dengan peralatan-peralatan informasi yang mendorong dan membangkitkan hawa nafsu itu bermula dari dalam darahnya yang mendidih. Dengan demikian dia akan mengajak dirinya sendiri untuk melakukan zina. Dan ini adalah bentuk dari hiburan dan pembiusan yang dilakukan di dinding kenikmatan, sehingga perasaannya akan hilang dan tidak dapat bergerak.

Perzinaan hanya akan mengantarkan kepada kehancuran di dalam keluarga, terlepasnya ikatan-ikatan perkawinan, percampuran dalam nasab, tindak kejahatan kepada keturunan dan menyebarnya penyakit-penyakit. Sungguh kisah-kisah mereka itu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang berakal dan mau memperhatikan.

Islam, ketika mensyari'atkan sesuatu hukum, sesungguhnya dia tidak mensyari'atkan bagi masyarakat-masyarakat yang terlepas dari ayat-ayat Allah dan mengikuti hawa nafsu mereka. Akan tetapi, Islam mensyari'atkan hukum bagi masyarakat-masyarakat yang terbentuk oleh Islam, yaitu masyarakat yang suci dan bersih. Oleh karena itu, kejahatan zina di lingkungan Islam tidak ada bentuknya kecuali penyimpangan yang tidak ada duanya.

Dan Islam telah menetapkan hukuman yang dapat menghalangi perbuatan itu terjadi, bahkan sampai pada penghilangan nyawa, yaitu hukuman rajam dengan menggunakan batu di hadapan manusia secara umum guna mensucikan masyarakat dan menjaga kehormatan serta mengekang orang-orang yang ingin mencemarkan kebersihan masyarakat Islam.

Di antara kejelekan dan kekejian kejahatan ini disandingkan dengan kejahatan pembunuhan, sebagaimana terdapat dalam Firman Allah Subbaanahu wa Ta'aala,

"Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barangsiapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa (nya). " (Qs. A1 Furqaan (25): 68)

Bagaimana mungkin pelaku zina itu tidak menjadi orang yang membunuh sedangkan dia menghancurkan kehormatan dan mencerai-beraikan kehormatan serta menanam biji bukan pada buminya!

Kalau anda melihat dengan pandangan akal dan merenungkan dengan mata pikiran, maka anda dapat mengetahui bahwa anak-anak yang tersia-siakan dan tersesat itu datang sebagai hasil dari nafsu syahwat yang sesaat.

Anak perempuan ini memiliki kekurangan yang sangat jelas. Bunga ini telah terbuka kelopaknya. Dialah yang dituntut untuk menanggung penderitaan dengan kesusahan hidup yang berkepanjangan. Apa yang dapat dia petik. Ketika dia membuka kedua matanya untuk menghadapi kehidupan, maka dia tidak mendapatkan tempat kecuali di bawah naungan rumah-rumah bordil atau untuk melayani orang yang tidak mengetahui Allah, yaitu manusia yang berhati iblis. Dengan demikian maka dia membeli kehormatannya untuk diberikan kepada masyarakat baru yang terjerumus?

Untuk apa hukuman ini dilakukan? 

Agar dia dapat melihat kepada anak-anak bahwa setiap anak itu berhak mendapatkan seorang ibu yang memberikan kasih sayang kepadanya dan seorang bapak yang bersegera memenuhi keinginannya. Selain itu juga untuk memberikan pelajaran bahwa dia tidak akan mendapatkan apa-apa dari masyarakat kecuali kehinaan dan pelecehan?

Untuk apa hukuman diterapkan! Agar dia mengingat kematian di setiap hari, bahkan di setiap waktu. Dan mulut orang di sekitarnya berkata: "Manusia yang menjumpai kematian satu kali itu lebih baik dari pada manusia yang menjumpai kematian beberapa kali."

Untuk apa hukuman diterapkan, karena hal itu dapat mencegah dalarn memberikan hak-hak untuk menyusui, memberikan nafkah, memberikan pengasuhan, memberikan pendidikan pada masa-masa pertumbuhannya di dalam suasana jiwa yang kosong dari keterikatan dan tekanan.

Untuk apa hukuman diterapkan, agar dia mau memberikan kehangatan dan kenikmatan hidup antara kedua orang tua yang sah. Dia merasa nikmat di dalam naungan keduanya dengan keindahan hidup?

Untuk inilah Allah menyertakan kejahatan zina dengan kejahatan membunuh. Dan untuk ini juga Islam telah memukul dengan tangan besi setiap orang yang mencoba menyia-nyiakan kehormatan masyarakat muslim.

Perbuatan zina ini adalah perbuatan yang najis dan rendah. Orang yang melakukannya mengibaratkan dirinya seperti kuda yang berpindah dari bunga yang satu ke bunga yang lain dan dari dahan yang satu ke dahan yang lain. Akan tetapi, pengandaian ini salah. Yang benar adalah dia seperti anjing yang berpindah dari bangkai yang busuk ke bangkai yang busuk pula.

Dia menggambarkan dirinya sendiri sebagai orang yang hidup dalam era tinggal landas dan kebebasan. Pada kenyataannya, sebenarnya dia hidup dalam neraka kebingungan, dia hidup dalam kesia-siaan, menyimpang, sesat, tidak dapat mengedepankan perkawinan dan tidak dapat melaksanakan tanggung jawabnya sebagaimana yang dilakukan oleh orang laki-laki pada umumnya. Karena, dia mengalami kekurangan dalam kejantanannya.

Ibnu Qayyim berbicara tentang sifat-sifat orang yang berbuat zina sebagai berikut: "Zina menghimpun segala jenis keburukan, seperti minimnya agama, hilangnya wara', kerusakan kepribadian, ketiadaan gairah. Hampir tak ada seorang pezina yang memiliki wara', menepati janji, perkataan yang jujur, menjaga teman dan cemburu terhadap keluarga, pelanggaran janji kebohongan, pengkhianatan, minimnya rasa malu, tidak menjaga kesucian, dan hilangnya kecemburuan dari hati akan kelompok dan kewajiban-kewajibannya.

Dan di antara akibatnya adalah kemurkaan Allah, karena dia merusak kehormatan dirinya sendiri dan keluarganya. Di antara akibat yang lain adalah merampas istilah-istilah yang baik, seperti kehormatan diri, kebajikan dan keadilan. Sebaliknya dia mendatangkan istilah-istilah yang buruk, seperti istilah cabul, keji, fasik, pezina dan pengkhianat.

Di antara akibat yang lain: kehormatan dirinya menjadi sirna dan merosot. Keluarga, rekan dan siapa pun melecehkannya. Dia menjadi orang yang paling hina di mata mereka. Berbeda dengan orang-orang yang menjaga kesucian dan kehormatan dirinya, yang di anugerahi kehormatan.

Dr. Muhammad Yashfi berkata dengan judul "Akhlak orang perempuan pezina dan kejiwaannya." Perempuan yang berzina adalah makhluk yang menyimpang. Penyimpangannya itu tidak cocok dengan watak laki-laki yang normal dari segi akal, kejiwaan, seksualitas dan akhlak. Kehormatan dan nama baiknya terampas. Pada dirinya muncul penyesalan dan keragu-raguan. Dia senang dengan semua jalan. Dia mengundang cinta semua pezina. Dia tersenyum dengan senyuman yang dipenuhi dengan kebohongan dan penipuan. Dia menerima jiwa yang sakit dan tidak sehat. Jiwa yang penipu dan pembohong. Dia berjalan dengan tidak ada rasa malu. Dia memakai pakaian kejelekan dan penipuan yang tidak ada kemuliaan baginya. Dia tidak memiliki kemampuan dan tidak memiliki akhlak mulia. Dia memiliki kepercayaan diri yang rusak. Dengan demikian dia tidak cocok untuk menjadi teman bagi laki-laki muslim yang terdidik jiwanya, lurus akhlaknya dan baik wataknya.

Allah Subhaanahu wa Ta 'aala telah berfirman,

"Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). "(Qs. An-Nuur (24): 26)

PERBUATAN PALING BAIK

"Barangsiapa yang telah memberikan nasehat dengan memandang dirinya baik, maka dia akan berdiam diri apabila berbuat kesalahan. Dan barangsiapa yang memberi nasehat, karena memandang (apa yang ia ucapkan) sebagai kebaikan dari Allah SWT. untuk dirinya sendiri, maka tidak berdiam diri apabila berbuat kesalahan.

Perbuatan yang paling utama menurut Allah adalah memberi nasehat untuk dijadikan Mauidzatun Hasanah (teladan baik) terhadap sesama hamba Allah.

Namun di dalam memberikan suatu nasehat karena merasa bahwa diri kita itu orang yang baik, sholeh, juga berilmu itu adalah merupakan suatu perbuatan yang kurang baik, karena mungkin di suatu saat ia tergelincir kepada perbuatan jelek ataupun salah di dalam menyampaikan suatu nasehat, maka akan tumbuh perasaan malu karena bersalah, yang mana nantinya akan berakibat ia akan bersikap diam atau tidak lagi memberikan pelajaran serta nasehat-nasehat lagi.

Yang seharusnya adalah apabila nasehat yang telah dijalankan dan pelajaran yang telah disampaikan itu didasarkan kepada Allah atau karena wajib untuk menyampaikan suatu ajaran Allah SWT., ataupun sebab apa yang telah disampaikan itu adalah suatu karunia serta Rahmat dan izin Allah SWT. jua.

Sehingga di saat dia khilaf sebab tergelincirnya lidah atau mungkin salah di dalam mengucap, dan bisa saja karena salah sikap yang tidak pada tempatnya, dan mungkin juga bisa berbuat salah di mata masyarakat, ia tidak merasa malu lagi, dan meneruskan saja untuk menyampaikan ajaran dan nasehat tersebut. ,

Sebab ia mempunyai suatu alasan yang sangat kuat mengapa tidak berhenti untuk menyampaikan nasehat tersebut atau ajaran tersebut, yaitu bahwa apa yang telah ia sampaikan itu adalah merupakan suatu ajaran yang sangat benar, juga karena berkat izin dan rahmat dari Allah SWT. untuknya.
Ada beberapa syarat atau anjuran untuk sebagai pelajaran yang sangat baik bagi para Da'i atau Muballigh supaya selalu berhati-hati di dalam menyampaikan ajaran Allah SWT., antara lain adalah : Dengan hati yang tulus ikhlas, sampaikanlah suatu nasehat atau pelajaran itu semata-mata hanya karena Allah SWT..
Dalam rangka da'wah Islam, Amar Ma'ruf nahi mungkar, maka berniatlah di dalam hati bahwa tabligh yang ia sampaikan atau laksanakan itu semata-mata karena melaksanakan suatu kewajiban yang telah diizinkan oleh Allah SWT.Jangan sampai apa yang disampaikan dan nasehat yang diberikan itu adalah karena kepandaiannya sendiri, kecakapan pembicaraannya sendiri, atau mungkin karena ilmu yang telah ia kuasai, maka hindari perasaan demikian dari dalam hati, sebab perasaan tersebut akan melahirkan suatu rasa angkuh, kemudian mengakibatkan sifat riya', yang akan merusak akal juga amal baik ibadah kita sendiri.
Bahwasanya nasehat dan tabligh yang akan disampaikan dan yang telah disampaikan, banyak atau sedikit hanya ingin mencari ridla Allah SWT. semata, dengan melalui jihad da'wah yang terpikulkan di atas pundaknya,.itu adalah merupakan suatu kekokohan tekad di dalam jiwa.

Membuat suatu rencana tabligh secara berencana, dengan persiapan yang sangat matang, melalui pendekatan yang sangat efektif serta sangat tertib, dengan begitu supaya apa yang disampaikan tersebut dapat berhasil dan dapat diterima oleh masyarakat itu dapatlah sesuai dengan tuntunan Allah SWT. serta Rasul Allah SWT..

Hendaklah disampaikan dengan cara adab Islam bagi setiap persoalan yang sudah dipahami dan dihayatinya, dan untuk setiap persoalan yang belum dipahami dengan be-nar, maka hendaklah dipelajari dengan sungguh-sungguh yang sangat tertib serta berencana.

Supaya apa yang telah disampaikan itu dapat dimaklumi oleh masyarakat banyak sebab keindahan akhlak dan ke- sholehan hidup, maka bergaullah dengan masyarakat secara baik serta tunjukkan tata tertib pergaulan Islam dengan teladan atau contoh yang sangat terpuji.

Masyarakat itu dapat dibagi menjadi tiga kelompok (menurut pendapat Syekh Abu Abbas Al-Mursy) yaitu antara lain:
Kelompok yang telah merasa bahwa apa yang dikerjakan itu hanyalah semata-mata ditujukan untuk Allah Subhanahu WaTa'alah.
Kelompok yang telah merasa bahwa apa yang diamalkannya itu adalah merupakan sebuah karunia dari Allah SWT. untuk dirinya.
Kelompok yang telah merasa bahwa segala sesuatu itu adalah merupakan pemberian dari Allah SWT. dan kelak dikembalikan kepada Allah SWT. jua.
Adapun kelompok pertama merupakan dari kelompok orang-orang yang selalu mengoreksi diri disaat menunaikan suatu kewajiban, dengan amal ibadahnya sendiri dia sangat kuatir, maka ia selalu tetap mengadakan instrospeksi, dengan begitu ia selalu berhati-hati serta dengan bersedih hati.

Sedangkan menurut kelompok kedua adalah orang yang telah mempunyai suatu perasaan bahwa segala sesuatu yang sudah diamalkan dan sudah dilaksanakan itu semata-mata hanya atas kehendak Allah SWT., juga sebagai karunia dari Aliah SWT., dan ia selalu dengan penuh pengharapan, sehingga karena itu ia tetap optimis dan berhati gembira namun tetap selalu waspada.

Namun kelompok yang ketiga adalah orang yang menyerahkan segala-galanya hanya kepada Allah SWT., sebab ia merasa bahwa apa yang dia kerjakan atau yang dia telah mili- kinya itu adalah suatu pemberian dan karunia yang berasal dari Allah SWT., yang mana pada suatu waktu semua pemberian serta karunia tersebut akan kembali kepada Allah sehingga mereka lebih suka untuk berserah diri dan lebih banyak bertawakkal hanya kepada Allah SWT..

Orang yang arif kepada rahasia-rahasia yang telah diselipkan oleh Allah SWT. di dalam berbagai karunia-Nya yang telah datang kepadanya melalui bermacam-macam cobaan dan ujian hidup, orang tersebut adalah orang yang arif serta tinggi ma'rifatnya (menurut pendapat Abu Hasan Asy Syadzili).

Sesuai dengan kasih sayang Allah SWT. ... tidak lupa akan mengakui semua kesalahannya .... meyakini bahwa sedikit amal dengan mengakui........ Allah, daripada banyak amal, sebab merasa sangat kekurangan dan kelemahan diri, namun di dalam sikap-sikap yang kekurangan tersebut nantinya akan menjadi baik dengan melebihkan dan menonjolkan kebaikan diri, kemudian memikirkan bagaimana supaya menjadi lebih baik, lalu larut di dalam pikirannya Semestinya ia tidak melalui jalan seperti itu, akan tetapi ia .... utama untuk bertawakkal kepada Allah SWT. di dalam hal ibadah.

Sebab seandainya Allah SWT. itu belum waktunya untuk memberikan suatu anugerah kepadanya, maka dari itu apapun tidak akan menjadi berubah. Di dalam surat Ath-Thalaq Al lah SWT. berfirman :

Artinya : "Barangsiapa yang berserah diri kepada Allah SWT., tentu Allah SWT. akan mencukupkan keperluan-keperluannya". (Ath-Thalaq : 3).

Di dalam mengarungi hidup di dunia ini, maka sifat tawak- kal itu sangatlah perlu, sebab segala sesuatu telah terbatas pada usaha yang dilakukan oleh manusia, ada yang cepat dan ad,a pula yang lambat di dalam mendapatkannya, bahkan ada yang tidak mendapatkannya sama sekali, serta ada yang sukses dan ada pula yang gagal.

Dan di dalam keterbatasan tersebut manusia selalu memerlukan Allah besertanya, maka di sinilah tawakkal itu sangat diperlukan.

Di dalam surat Yusuf, Allah SWT. telah berfirman di dalam ayat 58, yang mana di dalam firman'tersebut Allah SWT. senantiasa mengingatkan kepada para hamba-Nya. bahwa dengan karunia tersebut dan dengan Rahmat Allah SWT. puln mereka bergembira, sebab dengan karunia dan rahmat Allah SWT. itu lebih baik bagi mereka daripada apapun yang telah mereka kumpulkan atau telah mereka miliki.

SEX BEBAS

Dampak dan Bahaya Seks Bebas
Seks bebas merupakan hal yang diharamkan dalam islam yang banyak menimbulkan bahaya dan dampak yang buruk dari seks bebas. Berbagai surat kabar, majalah, televisi banyak memberikan berita  tentang masalah, bahaya dan dampak terburuk dari seks bebas adalah "Sebagaian besar pemuda menjadi korban penyakit-penyakit menular seksual atau penyakit kelamin menular"

Penyakit menular seksual antara lain seperti HIV Aids, Gonorrhea atau kencing nanah, penyakit siphilis atau raja singa, herpes genital atau herpes kelamin, dan penyakit infeksi kelamin lainnya

Selain dampak dan bahaya terburuk adalah penyakit infeksi kelamin yang diakibatkan karena hubungan seks yang tidak disyariatkan dalam islam, maka masih ada akibat-akibat dan dampak serta bahaya lainnya dari seks bebas, antara laian adalah sebagai berikut :
Perilaku buas dan bertentangan dengan masyarakat
Tindakan kriminal untuk melakukan aborsi
Hubungan perkawinan menjadi rapuh dan lemah
Pengabaian terhadap anak-anak
Kecanduan obat terlarang
Kebiasaan dan kegemaran meminum minuman yang memabukkan.
Bunuh diri
Di salah satu daerah terkenal Inggris terdapat rumah sakit pemerintah yang mengobati seratus ribu pasien sipilis dan seratus tujuh puluh ribu terkena penyakit saluran “Gonnorhea” dalam setiap tahunnya. Dan rumah sakit yang khusus menangani penyakit akibat seks bebas ini mencapai 650 rumah sakit. Hal ini melebihi rumah sakit resmi pemerintah yang menengah ini penyakit spilis, dan 79% menangani penyakit saluran reproduksi.

Dalam kitab undang-undang seks "tentang hukum seks bebas" menyebutkan bahwa setiap tahunnya di Amerika terdapat 30 – 40 ribu anak yang mati akibat terserang penyakit sipilis turunan. Dan orang yang mati karena sebab berbagai macam penyakit, selain  penyakit saluran reproduksi, bertambah satu kali lipat dari jumlah orang yang mati karena penyakit spilis. Dan paling sedikit apa yang diperkirakan  orang yang bertanggung jawab dalam masalah penyakit saluran reproduksi bahwasanya 60% dari orang yang terkena penyakit tersebut masih dalam usia muda, di antaranya yang masih membujang atau belum kawin. Para pakar dalam penyakit-penyakit anak muda telah bersepakat Bahwa 75 % dari orang yang melakukan bedah angota tubuh seks, mereka ditemukan terkena penyakit saluran reproduksi.

Menghancurkan Jiwa

Dale karnagie berkata di dalam bukunya "Tinggalkanlah kegelisahan dan mulailah hidup", "Saya telah hidup di kota New York selama lebih dari 37 tahun, namun belum pernah terjadi seseorang mengetuk pintu saya untuk memperingatkan kepada saya agar berhati – hati dan penyakit yang bernama kegelisahan. Penyakit ini adalah penyakit yang menyebabkan kerugian pada jiwa manusia pada pertengahan tahun 37an yang lalu. Kerugian ini lebih besar dari pada yang disebabkan penyakit cacar sepuluh ribu kali lipat.

Para  dokter menetapkan bahwa seorang dari setiap 20 orang Amerika akan menghabiskan sebagian dari kehidupannya di rumah sakit. Dan di antara kenyataan pahit adalah bahwa seorang dari setiap 6 pemuda mengajukan  diri untuk ikut serta dalam ketentaraan pada saat perang dunia kedua akan tetapi mereka ditolak karena dia terkena penyakit atau karena kurang akalnya (gila).  

Kemudian dia juga berkata pada kesempatan yang lain, "Beberapa penelitian telah menetapkan bahwa kegelisahan itu adalah pembunuh nomor satu di Amerika. Maka, di tengah-tengah peperangan dunia terakhir anak-anak kita yang telah terbunuh sekitar 3 juta tentara. Pada saat yang sama, sekitar 1 juta manusia terkena penyakit jantung dan sekitar satu juta manusia lainnya terjangkit kegelisahan dan stress.

Dr. 'Umar Syahin, ketua jurusan kedokteran jiwa di Kairo berkata, "sesungguhnya negara-negara maju dibanjiri oleh penyakit-penyakit peradaban sebagaimana yang disebutkan sebelumnya, seperti penyimpangan-penyimpangan seks, kecanduan obat terlarang dan alkohol, penyakit jiwa dan pengencangan urat syaraf (stress). Pada kenyataannya antara ketenangan materialisme dan menyembunyikan kegelisahan yang ada adalah sesuatu yang berbeda, akan tetapi yang terjadi adalah sebaliknya, yaitu semakin bertambahnya penyakit jiwa dan syaraf bersamaan dengan kemajuan peradaban.

Dalam papan pengumuman yang memperlihatkan masalah ini ada peningkatan yang terjadi berkenaan bunuh diri dengan bentuk yang mengejutkan. Dan di dalam konggres yang di adakan pada tahun 1977 di kota Helensky, ibu kota kota Polandia menjelaskan bahwa masalah bunuh diri pada pemuda yang usianya sebelum 25 tahun telah melonjak drastis di negara-negara Eropa dan Amerika mencapai 300 % dalam lima tahun terakhir.

Seorang doktor berbicara; Munculnya kebesaran Islam dalam pengharaman terhadap khamr pada saat kita melihat madharat madharatnya yang menimpa pada anak-anak Eropa sebagai berikut:
60% dari taragedi mobil di Eropa, penyebab utamanya adalah karena pecandu khamr atau minman keras.
20% dari orang yang sakit di Perancis disebabkan karena berlebihan meminum alkohol.
Ilmu kedokteran menetapkan bahwa kecanduan khamr dapat menyebabkan penyakit yang bermacam-macam dan berbahaya, seperti luka pada lambung pencernaan dan usus 12 jari, pembengkakan ginjal, pembengkakan anggota jantung dan lambatnya perkembangan otak dan radang urat syaraf bahkan dapat menyebabkan akal terserang penyakit gila.
Tidak ada perbedaan antara negara-negara Eropa Barat dan negara-negara komunis bahwa penyakit syaraf dan jiwa yang menimpa bangsa-bangsanya adalah akibat dari jauhnya mereka dari keimanan atau mencoba menjauhi keimanan itu sendiri.

Merusak Keturunan

Di Los Angles, lembaga penelitian Amerika mengungkapkan tentang kecacatan moral yang mengejutkan. Penelitian itu mengungkapkan bahwa 10.000 orang di California telah melahirkan anak-anak yang tidak sah (anak di luar nikah). Dan jumlah anak-anak perempuan yang melahikan anak di luar nikah di wilayah Amerika Serikat meningkat menjadi 300 ribu orang. Hal itu juga terjadi di sebuah sekolah tingkat pertama di kota Los Angles, di sana terdapat 250 siswi yang berusaha menghindari kehamilan akibat hubungan di luar nikah. Dan apa yang terjadi di Amerika ini terjadi juga di Inggris, Jerman, Swedia dan negara-Negara Eropa lainnya.

Pada tahun 1962, Jhon Kennedy, Presiden Amerika Serikat dulu menjelaskan bahwasanya setiap tujuh pemuda yang mengikuti test untuk menjadi tentara secara sukarela ditemukan enam di antara mereka tidak baik akhlaknya. Hal  itu disebabkan karena nafsu syahwat yang telah menenggelamkan mereka telah merusak kemampuan mereka baik kesehatan fisik maupun mental.

ADU DOMBA

Namimah atau Mengadu Domba dalam Islam
Salah satu di antara sasaran yang dituju oleh Islam ialah mempererat rasa persaudaraan dengan menjalin hubungan yang penuh kemesraan dan cinta kasih antar individu. Sebaliknya Islam menganjurkan pada umatnya agar memberantas faktor-faktor yang bisa menyebabkan perpecahan dan saling membenci.

 Oleh karena itu Islam melarang hal-hal yang dibenci dan yang bisa menimbulkan permusuhan serta saling membenci antara saudara seagama. Di antara hal-hal yang merusak itu ialah Namimah. Pengertian namimah ialah mengadukan perkataan seseorang kepada orang lain dengan tujuan mengadu domba antara keduanya. Perkataan yang diadukan tersebut bukanlah sembarangan perkataan, tetapi mengandung rahasia orang lain yang apabila disiarkan kepada orang lain, maka ia tidak akan suka dan akan marah. Sebaiknya seorang muslim tidak usah menceritakan hal-hal yang ia saksikan mengenai orang lain, lantaran bisa menimbulkan bencana. Tetapi ada suatu perkecualian, apabila dalam menceritakan perihal itu, akan membawa manfaat bagi orang lain, atau bisa menolak kejahatan yang akan menimpa orang lain.

Pendorong utama yang menyebabkan seseorang berbuat namimah, adakalanya menghendaki kejelekan orang yang diceritakannya; atau menjilat kepada seseorang. Bisa juga karena memang sudah menjadi kegemarannya mengadu domba orang lain. Sesudah itu si pengadu domba akan mengambil keuntungan dari upayanya ini atau memang hanyalah ingin memuaskan hatinya yang hitam penuh dengan kedengkian terhadap orang lain.

Secara tegas, Al-Qur’an mengutuk perbuatan namimah ini dan mengancam bagi siapa yang melakukannya. Allah telah berfirman :

“Kecelakaanlah bagi setiap orang yang suka mengumpat lagi pencela”. (Q.S. 104 : 1).

Yang dimaksud dengan ayat di atas ialah, orang-orang yang gemar berjalan kesana kemari, mengadukan perkataan dari seseorang kepada orang lain dengan tujuan memecah belah antar sesama kawan.

Al-Qur’an telah menyifati istri Abu Lahab dengan julukan Hammalah Al-Hathab. Pengertian julukan ini sebagaimana yang dikatakan oleh sebagian para mufassir ialah tukang membawa perkataan lalu mengadukan kepada orang lain dengan tujuan merusak dan mengadu domba. Menurut istilah bahasa, namimah bisa juga dikatakan sebagai hathab yang artinya ialah kayu. Karena kedua istilah ini mempunyai hubungan makna. Sebagai ulasannya ialah : namimahbisa dikatakan hathab (kayu) karena namimahialah pekerjaan menyebarkan permusuhan di antara orang banyak. Sedangkan hathabadalah kayu yang bisa menyalakan api. Jadi, menyebarkan kerusakan diserupakan (namimah) dengan kayu (hathab); kayu akan cepat dimakan api sebagaimana kerusakan yang dihembuskan oleh namimah cepat menimbulkan kerusakan di antara orang banyak.

Rasulullah SAW mengingatkan kaum muslimin agar jangan melakukan namimah, karena namimah merupakan dosa besar. Untuk itu beliau bersabda :

 لا يدخل الجنة نمام (رواه البخارى و مسلم

“Tak akan bisa masuk surga orang yang suka melakukan namimah” (Hadits riwayat Bukhari dan Muslim).

Dalam riwayat lain dikatakan bahwa ketika Rasulullah SAW melewati dua kuburan, beliau mendengar orang yang berada di dalamnya sedang disiksa oleh para malaikat. Lalu beliau bersabda pada para sahabat yang beserta beliau :

 انهما يعذبان, وما يعذبان فى كبير (راى ذنب كبير) أما أحدهما يمشى بالنميمة, وأما الاخر فكان لا يستنزه من بوله (رواه البخارى و مسلم

 “Keduanya sedang disiksa; mereka disiksa bukan karena melakukan dosa besar; yang pertama suka berbuat namimah dan yang kedua tidak pernah bersuci (cebok) setelah kencing” (Hadits riwayat Bukhari dan Muslim).

Mengingat perbuatan namimah ini amatlah membahayakan kesatuan umat, maka kita harus mengasingkan orang-orang yang suka namimah dan tidak boleh mempercayainya. Al-Qur’an telah mengkategorikan orang-orang yang kegemarannya mengadu domba ini ke dalam kelompok orang-orang fasik. Allah telah berfirman :

“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatan itu”. (QS. 49 : 6).

Al-Qur’an telah menyatakan bahwa perbuatan namimah atau mengadukan perkataan seseorang kepada orang lain dengan tujuan merusak atau mengadu domba, pelakunya dicap oleh Al-Qur’an sebagai orang fasik. Oleh karena itu, Allah berpesan, jika kita menghadapi orang-orang seperti itu, kita harus mengecek kebenaran perkataannya. Karena lidah orang yang suka namimah pandai menyebarkan fitnah, sehingga akhirnya akan menimpa orang-orang yang tak tahu menahu. Setelah itu baru kita sadar dan menyesal, apa yang telah dikatakannya tiada lain fitnah belaka.

Allah berfirman yang isinya melarang kita membenarkan perkataan orang-orang yang suka mengadu domba. “Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina, yang banyak mencela, yang kian kemari menghambur fitnah”. (QS. 68 : 10 dan 11).

Orang yang suka memindahkan perkataan ke sana ke mari dengan tujuan memfitnah dan mengadu domba, tidak bisa dipercaya dan sangat membahayakan. Untuk itu, Sayyidina Hasan RA pernah menjelaskan perihal orang yang suka namimah :

 من نم لك نم عليك

“Barang siapa mengadukan perkataan orang lain kepadamu (namimah), maka perkataanmu juga akan diadukannya kepada orang lain”.

PENYIMPANGAN SEXUAL

Penanggulangan Sementara pada Penyimpangan Seksual

Untuk menangani masalah penyimpangan seksual hanya untuk sementara saja adalah dengan cara sebagai berikut :

Cara pertama adalah puasa, "Barang siapa yang belum mampu maka hendaknyalah berpuasa, karena puasa bisa menjadi benteng bagi dirinya (dapat menundukkan syahwat)." Memang, di puasa ini terdapat pengaturan kekuatan keinginan yang menjadikan pemuda berada di dalam kendali instingnya yang liar. Selain itu, di dalam puasa terdapat pendidikan jiwa akan adanya pengawasan Allah Azza wa Jalla. Dan pengawasan ini, apabila telah berakar di dalam jiwa, maka dia akan menjadi penjaga yang luhur di dalam jiwa manusia. Dengan demikian dia tidak akan mendatangi perbuatan-perbuatan kecuali perbuatan yang diridhai oleh Allah Azza wa Jalla.

Dari sanalah kita dapat memahami bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

"Barang siapa yang berbuka puasa pada salah satu hari pada bulan Ramadhan tanpa ada rukhsah maka Allah memberikan keringaan baginya. Dia tidak diharuskan mengganti puasanya sepanjang masa, akan tetapi hanya sebanyak puasanya yang ditinggalkan saja." (Hadits riwayat Abu Dawud, lbnu Majah dan At-Turmudzi)

Mengapa?

Karena orang yang seperti ini jatuh dalam ujian keinginan, dan dia juga diuji dengan kekalahan dan kegagalan di dalam menghadapi instingnya.

Kita semua menginginkan agar para pemuda tidak memahami arahan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam terhadap mereka untuk berpuasa bahwa wajib bagi para pemuda utuk mengganti hari-hari puasa yang ditinggalkannya secara keseluruhan sampai dia menikah. Bukan itu maksudnya. Karena, kalau hal itu dilakukan dapat menahan para pemuda untuk berusaha dan berkreasi atau berproduksi dan pencarian ilmiah. Akan tetapi di sana ada waktu-waktu tertentu untuk melakukan puasa. Setiap kali seorang pemuda itu merasakan dorongan insting yang kuat, maka hendaknya berpuasa walaupun hanya satu hari. Dan puasa ini adalah puasa sunnah dan puasa yang tujuannya untuk beribadah kepada Allah Azza wa Jalla. 

Dan berikut ini adalah petunjuk Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sebagai panutan yang baik:

Dari Abdulah bin 'Umar, dia berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

"Sungguh saya telah menerima kabar bahwa engkau melakukan shalat malam dan berpuasa pada siang hari." Dia berkata, "Saya menjawab, "Benar wahai Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam." Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Berpuasalah, dan berbukalah, shalat dan tidurlah. Sesunguhnya di dalam tubuhmu memiliki hak, bagi istrimu juga ada hak, bagi tamumu ada hak. Dan sesungguhnya di dalam tubuhmu memiliki hak, bagi tamumu ada hak. Dan sesungguhnya di dalam perhitunganmu kamu harus berpuasa selama tiga hari di dalam sebulan.” Maka saya menganjurkan dengan sangat kepadamu sebagaimana saya mcnganjurkan. kepada diriku sendin. Dia bertanya, "Ya Rasulullah, sesungguhnya saya memiliki kekuatan lebih." Maka Rasulullah bersabda, "Berpuasalah setiap minggu tiga hari" maka saya menganjurkan kepadamu sebagaimana saya menganjurkan kepada diriku sendiri. Dia berkata, maka saya berkata, "Ya Rasulullah, sesungguhnya saya memiliki kekuatan lebih." Maka Rasulullah bersabda, "Berpuasalah seperti puasanya Nabi Dawud 'alaihissalaam? Kemudian dia besabda lagi, "Sesungguhnya Nabi Dawud berpuasa sehari dan berbuka sehari." (Hadits riwayat Ahmad)

Cara yang kedua adalah melakukan shalat. Mendirikan shalat di dalam waktu-waktunya tertentu dapat menjadikan dirimu selalu bcrhubungan dengan Allah. Sesunguhnya shalat menjadi pengaman ketenangan dan mecegah dari kejahatan dan kemungkaran. Kesimpulannya, sesunguhnya mengahadap Allah Azza wa Jalla dan mendekatkan diri kepada-Nya dengan penuh ketaatan dapat menjauhkan kamu dari bisikan syaithan.

SEX

Dalil, Hadits Larangan Menceritakan Hubungan Seksual Suami Istri
Islam membuat pagar dengan merahasiakan perbuatan ini (hubungan seksualitas) antara suami istri. Selain itu juga, aktivitas atau hubungan seksual antara keduanya juga dijamin tidak merenggut pemikiran dan kemampuan orang muslim. Maka dia dapat mencurahkan semuanya untuk jiwa, urusan-urusan dan tujuan-tujuan pokoknya di dalam kehidupan. Dan tidak ada kesempatan bagi seorang muslim untuk memberanikan lisannya berbicara dan otaknya berpikir tentang suatu aib yang tidak pantas ada di dalam masyarakatnya.

Dan ketika masalah hubungan seksualitas antara suami istri telah menjadi bahan pembicaraan, maka Islam akan mengangkat bendera bahaya. Karena hubungan seks telah berubah bentuk menjadi sarana untuk mencapai tujuan dan menjadi masalah membingungkan yang menguasai pikiran dan menghilangkan mobilitas manusia di dalam kehidupan. Dan hal ini bagi Umar adalah keadaan orang-orang bodoh yang berdiri pada sisi kenikmatan rasa, akan tetapi meninggalkan tujuan yang menciptakan keutamaan-keutamaan dan nilai-nilai ideal yang membuat manusia akan merasakan sifat kemanusiaannya dan merasa bahwasanya dia memiliki tujuan-tujuan pokok di dalam kehidupannya. Dan tujuan-tujuan pokok itu bukan tujuan-tujuan yang  bersifat kehewanan [hawa nafsu].

Dari Abu Hurairah radhiyallaahu 'anhu, ia berkata:

“Bahwasanya  Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah melakukan shalat, dan ketika beliau telah mengucapkan salam maka beliau menghadapkan mukanya kepada mereka (jama’ah) dan bersabda, berhati-hatilah terhadap majelis-majelis kaum. Apakah  di antara kamu ada seorang laki-laki yang menyetubuhi istrinya dengan menutup pintu dan melabuhkan tirainya, kemudian dia keluar dan bercerita, "saya telah berbuat dengan istriku begini dan begini? Kemudian mereka diam semua. Lantas Rasulullah menghadap kepada para perempuan dan menanyakan, "Adakah di antara kamu yang bercerita begitu? Tiba-tiba ada seorang gadis memukul-mukul salah satu tulang lututnya sampai lama sekali supaya diperhatikan oleh Nabi dan supaya dia mendengarkan omongannya. Kemudian gadis itu berkata, "Demi Allah! Kaum laki-laki bercerita dan kaum perempuan juga bercerita! Lantas Nabi bertanya, "Tahukah kamu seperti apa yang mereka lakukan itu? Sesungguhnya orang yang berbuat demikian tak ubahnya dengan syaithan laki-laki dan syaithan perempuan yang satu sama lain bertemu di jalan kemudian melakukan persetubuhan, sedang orang lain banyak yang melihatnya." (Hadits riwayat Ahmad, Abu Dawud dan Bazaar)

Dalam hadits lain disebutkan, "Sesungguhnya di antara manusia yang paling jelek kedudukannya dalam pandangan Allah nanti di hari kiamat adalah seorang laki-laki yang menyetubuhi istrinya dan istrinyapun melakukan persetubuhan, kemudian dia menyebar luaskan rahasianya." (Hadits riwayat Muslim)

Ketika membicarakan masalah hubungan seksualitas, maka A1 Qur'an inilah yang pertama kali menjadi pendidik. A1 Qur'an berbicara masalah seks dengan gaya bahasa yang menghantarkan kepada tujuan makna yang sebenarnya tetapi tidak mencemarkan rasa malu. Dan apabila seorang muslim menjumpai pembicaraan tentang aurat di dalam Al Qur'an dan Sunnah, maka hal itu tidak membutuhkan lafazh-lafazh selain dari Al Qur'an dan Sunnah serta tidak ada lafazh lain yang dapat memberikan pemahaman apakah hal itu suatu perintah, larangan atau anjuran.

Renungkanlah keindahan ungkapan dan keindahan sindiran-sindiran di dalam sastra A1 Qur'an. Allah Subhaanahuwa Ta'ala berfirman,

"Dihalalkan bagi kamu pada malam hari puasa bercampur dengan istri-istri kamu, mereka itu adalah pakaian bagimu, dan kamu pun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi ma’af kepadamu.  Maka sekarang campurilah mereka dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri'tikaf dalam masjid." ( QS. Al Baqarah (2): 187)

Firman Allah Subhaanahu wa Ta'aala,

“Dan  janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri, istri-istrimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, maka datangilah tanah tempat bercocok tanam itu bagaimana saja kamu kehendaki. Dan kerjakanlah  (amal yang baik) untuk dirimu. " (Qs. A1 Baqarah 2): 222-223)

Allah Subhaanahu wa Ta 'aala berfirman, “Atau menyentuh perempuan. " (Qs. A1 Maidah (5): 6)

Firman Allah Subhaanahu wa Ta'aala, “Jika kamu menceraikan istri-istrimu sebelum kamu bercampur dengan mereka. "(Qs. A1 Baqarah (2): 237)

Dan mengenai tempat yang berfungsi untuk keluarnya anak, Allah  Subhaanahu wa Ta'aala berfirman,

“Dari setetes mani Allah menciptakannya lalu menentukannya. Kemudian Dia memudahkan jalannya. Kemudian Dia mematikannya dan memasukkannya ke dalam kubur "(Qs. 'Abasa (80): 19-21)

Kemudian, Allah juga telah mengungkapkan tentang hakekat mani di beberapa ayat A1 Qur'an dengan bahasa sindiran atau tidak secara terang-terangan Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman,
“Sekali-kali tidak! Sesungguhnya Kami ciptakan mereka dari apa yang mereka ketahui (air mani). " (Qs. A1 Ma'aarij (70): 39)
Adakah sastra yang indah selain sasta Al Qur’an ini? Syair manakah yang lebih lembut dari syair Al Qur’an ini? Dan balaghah manakah yang  telah dapat menundukkan para ahli balagah selain balaghah A1 Qur 'an?
Shahabat Rasulullah sungguh telah bersastra dengan sastra Qur'an yang tinggi. Dengarkanlah perkataan Sayyidah 'Aisyah radhiyallahu 'anha ketika mengungkapkan sesuatu kata yang di dalamnya mengalir kehalusan, keindahan sastra dan ketinggian balaghah. Ummul mukminin berkata, "Dia tidak melihat sedikit pun dari saya dan saya pun tidak melihat sedikit pun darinya." Maksudnya adalah aurat. Ini adalah makna majas yang dibuang dan tujuan yang bersifat retorika (balaghah), kejelasan dengan rasa dan perasaan sebelum menjadi kejelasan dalam bahasa!
'Umar radhiyallaahu 'anhu datang kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi sallam dan berkata, "ya Rasulullah, saya telah binasa." Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bertanya, "apa yang telah membinasakanmu?" 'Umar menjawab, "semalam saya telah memalingkan kendaraanku."
Mudah-mudahan orang-orang yang pakar dalam masalah-masalah hubungan seksualitas mau memperhatikan masalah ini dan membantu rnengembangkan pelajaran-pelajaran ini, dan mudah-mudahan mereka beretika dengan etika A1 Qur'an!

MENGHINA

Menghina Kehormatan Orang Lain
Peradaban di dunia ini telah banyak menciptakan undang-undang yang bertujuan menjaga kehormatan seseorang. Tetapi semuanya masih belum mencapai tingkat kesempurnaan karena kurang teliti dalam menyelami seluk beluk jiwa manusia. Undang-undang tersebut kurang dapat menjaga kehormatan dan hak-hak manusia, tidak sebagaimana norma-norma etik yang telah disyariatkan agama Islam.

Suatu kenyataan yang tak dapat dipungkiri lagi, bahwa menjaga kehormatan ini adalah hal yang terpenting untuk menjaga kesatuan dalam tubuh masyarakat. Dan sebaliknya menghina kehormatan atau martabat orang lain akan bisa menimbulkan rasa saling membenci, perpecahan dan hilangnya rasa gotong-royong. Oleh karena itu, Islam menganggap bahwa setiap hal yang menyentuh kehormatan orang lain termasuk perbuatan dosa yang harus dijauhi oleh orang-orang yang beriman. Di antara hal-hal yang masuk dalam kategori menghina martabat orang lain ialah : menghina orang lain, menuduh dan memberi julukan yang dibenci olehnya, jelek sangkaan, mengintai dan membicarakan perihal orang lain di kala orang tersebut tidak ada.

Semua dosa-dosa tersebut telah dituturkan oleh Al-Qur’an yang pada permulaannya mengingatkan bahwa orang-orang mukmin semuanya adalah bersaudara. Ikatan keimanan yang mempersatukan mereka sama saja dengan ikatan nasab kekeluargaan. Oleh karenanya, Islam melarang seseorang melukai kehormatan saudaranya, baik secara langsung ataupun tidak. Allah telah berfirman :

“Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat. Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokkan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokkan) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olokkan) wanita-wanita lain (karena) boleh jadi wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olok) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-seburuk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman, dan barang siapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjingkan sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. 49 : 9 – 12).

Ayat-ayat tadi, secara tegas dan gamblang melarang kaum muslimin berbuat dosa-dosa sebagai berikut :

Menghina atau mengolok-olok

Allah melarang suatu golongan mengolok-olok golongan lainnya. Perbuatan ini amatlah dicela karena timbul dari rasa kagum terhadap diri sendiri yang sekaligus menghina orang lain. Sifat ini akan dapat mengakibatkan hal-hal yang bisa menimbulkan permusuhan antara teman.

Sesudah Al-Qur’an melarang kaum muslimin saling olok-mengolok antara sesama mereka, lalu Al-Qur’an dengan khusus menganjurkan kepada kaum wanita agar jangan berbuat seperti itu. Karena, pada dasarnya perbuatan saling olok-mengolok sering terjadi di kalangan kaum wanita. Pada permulaannya, larangan ini ditujukan kepada segenap warga masyarakat, tetapi yang terakhir khusus ditujukan kepada wanita mengingat hal yang telah kami sebut tadi.

Al-Qur’an Al-Karim menjelaskan maslaah olok-mengolok ini yang pada prinsipnya ialah menghina kehormatan orang lain. Bagaimana bisa terjadi masalah olok-mengolok ini antara sesama kaum muslimin? Padahal belum tentu yang dihina itu kadang-kadang lebih utama dan lebih mulia di sisi Allah dibanding orang yang menghina itu sendiri.

Norma-norma yang dipakai oleh kalangan lelaki dan kalangan wanita, pada hakekatnya adalah serupa dengan fatamorgana yang sering menipu pandangan mata atau orang-orang yang berpikiran dangkal. Bisa saja terjadi orang yang cantik menghina orang yang jelek, yang kaya menghina yang miskin dan yang muda menghina yang tua, tetapi norma-norma semacam ini bukanlah hakikat yang sebenarnya. Selain dari itu norma-norma tersebut bukanlah indikasi bagi ukuran terhormat atau tidaknya seseorang. Adapun norma-norma yang sebenarnya dan yang dijadikan indikasi dalam merendahkan dan meninggikan derajat seseorang adalah norma-norma yang ada dalam jiwa seseorang, dan takkan bisa dilihat kecuali oleh Allah SWT.

Mencela orang lain

Allah SWT, melarang kaum mukminin saling cela-mencela antara sesama mereka. Hal itu dinyatakan oleh-Nya setelah mengawali ayat bahwa mereka adalah saudara. Apabila seseorang mencela saudaranya, berarti ia mencela dirinya sendiri. Demikianlah apa yang dimaksud oleh firman Allah : “Janganlah kamu mencela dirimu sendiri”, sengaja dalam ungkapan ini Allah memakai gaya bahasa yang halus agar dapat dirasakan oleh kaum muslimin, dan agar mereka mau menyadari bahwa antara sesama muslim adalah saudara. Antara saudara harus bersatu dan saling menjaga kehormatan masing-masing, dan harus mawas diri terhadap segala upaya yang menghendaki perpecahan.

Perbuatan mencela orang lain sudah merupakan ciri khas zaman sekarang. Anda tentu pernah membaca di beberapa surat kabar, seorang tokoh politik mencela tokoh lainnya dan semua orang-orang yang mendukungnya. Tiada lain, maksud yang terkandung dalam hatinya ialah ingin memperoleh ketenaran dengan menjelek-jelekkan orang lain. Dan ada sebagian orang lagi menggunakan “sarana” mencela orang lain hanyalah untuk melampiaskan rasa dendamnya yang sudah mematri dalam hatinya terhadap orang yang dicela.

Demikianlah kenyataannya sekarang, perbuatan mencela orang lain merupakan penyakit masyarakat yang sudah membudaya. Orang-orang banyak yang melakukan perbuatan itu, mereka tak pernah menggubris larangan Allah terhadap perbuatan yang berdosa ini.

Selain itu Allah melarang kaum muslimin menggunakan nama-nama julukan dalam panggil-memanggil antara sesama mereka.

Terlebih lagi jika julukan itu tidak disukai oleh orang yang bersangkutan. Barang siapa yang melakukan hal-hal tersebut, dianggap oleh Allah sebagai orang fasik. Orang fasik ialah orang yang tidak taat kepada Allah. Seseorang yang benar-benar beriman akan merasa jijik apabila dirinya dinamakan fasik sesudah ia beriman kepada Allah. Setelah itu Allah mengakhiri isi ayat dengan firman-Nya :

“Barang siapa yang tidak mau bertaubat, mereka itulah orang-orang yang zalim”. Dan balasan bagi orang-orang yang berbuat zalim ialah siksa Allah di dunia maupun di akhirat.

Jelek prasangka (Prasangka Buruk)

Allah memerintahkan agar kaum muslimin menjauhi sangkaan-sangkaan yang jelek. Seorang yang beriman janganlah membiarkan dirinya menjadi ladang yang subur bagi bibit-bibit dan tunas-tunas yang bisa menumbuhkan rasa jelek prasangka terhadap orang lain. Untuk itu Al-Qur’an memberikan penjelasannya mengenai hal ini :

“Sesungguhnya sebagian dari sangkaan itu berdosa”. Ulasan Al-Qur’an ini memberikan isyarat pada kita agar menjauhkan prasangka yang jelek. Sehingga seseorang yang belum merasa jelas jenis prasangka mana yang bisa mengakibatkan dosa, dapat mengerti.

Dengan dicanangkannya peraturan ini, berarti Islam menghendaki agar jiwa seorang mukmin bersih dari jelek prasangka. Karena buruk prasangka ini adalah suatu hal yang dapat mengakibatkan seseorang terjerumus ke dalam perbuatan yang berdosa.

Mencari-cari kesalahan orang lain

Allah juga melarang orang-orang mukmin melakukan hal ini. Karena perbuatan ini merupakan rentetan dari jelek prasangka. Tajassus (mencari-cari kesalahan orang lain) adalah suatu perbuatan yang didorong oleh rasa ingin tahu aib orang lain. Oleh karenanya, Al-Qur’an melarang perbuatan ini. Setiap orang memiliki kebebasannya masing-masing dan memiliki kehormatannya yang tak boleh diganggu dalam kondisi apapun. Kita boleh menilai seseorang dari apa yang kita lihat lahirnya saja.

Adapun masalah batin kita tidak boleh diganggugugat, karena itu adalah kehormatan pribadinya. Dan kita tidak diperbolehkan pula menghukum seseorang, kecuali hanya apabila ia melanggar ketentuan-ketentuan yang telah ada, dan jelas bukti-buktinya disaksikan secara lahiriyah oleh orang banyak.

Adapun perihal yang dilakukan oleh pemerintah tentang menyebarkan mata-mata guna mendeteksi gerak-gerik orang yang suka merusak, maka perbuatan ini bukanlah termasuk dari sesuatu yang dilarang oleh Allah.

Karena tidak sekali-kali pemerintah melakukan hal ini hanyalah karena untuk menolak jangan sampai terjadi kerusakan atau kerusuhan. Dan manfaatnya tentu saja akan dirasakan oleh seluruh masyarakat. Hal ini diperbolehkan selagi masih berada dalam batas-batas yang menghargai kehormatan rakyat.

Mengumpat

Dan yang terakhir, Allah melarang kaum mukminin melakukan pekerjaan mengumpat.

Pengertian mengumpat ialah, seseorang menuturkan sesuatu yang kurang disenangi yang berkaitan dengan pribadi temannya. Penuturannya itu bisa secara blak-blakan ataupun secara sindiran; baik yang dituturkannya itu bertalian dengan masalah agamanya atau kepribadiannya, semuanya sama saja. Perlu diperhatikan, pengertian mengumpat bukan saja ketika orang yang bersangkutan tidak ada, tetapi bisa juga ketika ia berada di depan orang yang membicarakannya. Hal ini pun masuk dalam pengertian mengumpat.

Rasulullah dalam menanggapi masalah mengumpat ini memberikan penjelasan dalam salah satu sabdanya :

 اتدرون ما الغيبة؟ قالوا : الله ورسوله أعلم, قال : ذكرك أخاك بما يكره, قيل : افرايت لوكان فى اخى ما أقول, قال ان كان فيه ما تقول فقد اغتبته, وان لم يكن فيه ما تقول بهته اى قلت فيه كذبا وبهتانا

“Apakah kamu tahu artinya ghibah (mengumpat)?”. Para sahabat menjawab : “Allah dan Rasul lebih mengetahui hal itu.” Kemudian Nabi SAW bersabda : “Engkau menuturkan perihal saudaramu yang tidak ia senangi”. Salah seorang sahabat menanyakan : “Barangsiapa jika yang kututurkan mengenai saudaraku itu benar-benar?”. Beliau menjawab : “Apabila apa yang kau tuturkanitubenar, berarti engkau telah membicarakannya (mengumpatnya), dan apabila apa yang kau tuturkan itu sebaliknya, maka engkau telah berkata bohong mengenai dirinya.( Hadits riwayat Muslim, Abu Daud, Turmudzi dan An Nasa’i)”

Selain itu Al-Qur’an memberikan perumpamaan kepada kita mengenai perbuatan mengumpat ini. Perumpamaannya sama saja dengan memakan daging saudara yang sudah mati. Untuk itu Allah telah berfirman : “Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya”. (QS. 49 : 12).

Adapun perihal orang-orang yang terang-terangan berbuat syirik atau orang-orang yang mendekati perbuatan maksiat, maka membicarakannya tidak dilarang oleh agama, apabila berniat untuk menegurnya dan menyadarkannya.

Perbuatan mengumpat adalah perbuatan yang paling jelek dan dapat mengeruhkan keintiman persahabatan. Karena rasa persahabatan ini hanya bisa dipupuk dengan saling mempercayai yang timbul dari hati yang ikhlas, kemudian dipraktekkan dalam bentuk saling menghormati, bermuka ramah dan berkata jujur. Adapun perbuatan mengatakan perihal orang lain sewaktu ia tidak ada dan perkataannya itu menyinggung kehormatannya, maka hal ini akan dapat mengeruhkan keintiman persahabatan.

Kemudian Allah mengakhiri ayat yang menuturkan hal ini dengan firman-Nya : “Bertakwalah kamu kepada Allah, karena sesungguhnya Allah itu Maha Pengampun lagi Maha Pengasih”. (QS. 49 : 12).

Ayat tersebut memberi pengertian bahwa siapa saja yang takut kepada Allah kemudian meninggalkan apa yang telah dilarang-Nya dan berjanji tidak mau melakukannya lagi, maka pintu taubat masih terbuka untuk mereka.

Dengan demikian maka jelaslah bagi kita betapa pentingnya peranan Islam dalam mendidik kaum muslimin agar berakhlak yang luhur, dan menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang tercela tadi. Islam menghendaki agar kaum muslimin berada dalam naungan persaudaraan yang dipenuhi dengan rasa kasih sayang dan saling mempercayai antara sesama mereka.

sumber postingan kosabe ini  : http://islamiwiki.blogspot.com/2012/03/menghina-kehormatan-orang-lain.html#.UqbY3NJdWSo

Haramnya Berbohong (Dusta) Bahaya Bagi Kaum Muslimin

Haramnya Berbohong (Dusta) Bahaya Bagi Kaum Muslimin

بسم الله الرحمن الرحيم

Oleh: Redaksi Buletin Istiqomah

Pembaca yang budiman, harus kita ketahui, bahwa berbohong termasuk dosa yang paling keji & ‘aib yang paling buruk. Terkait dgn ini, Allah Ta’ala menyatakan, “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan & hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya” (QS. Al-Isra’ : 36). Dan Allah Ta’ala juga berfirman, “Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya Malaikat Pengawas yang selalu hadir” (QS. Qaaf : 18)

Rasulullah telah memberikan penjelasan kepada kita, bahwa dosa bisa menjerumuskan pelakunya ke neraka. Dari Ibnu Mas’ud , bahwa Rasulullah  bersabda, “Sesungguhnya kejujuran itu menuntun kepada Al-Birr (kebaikan), sedangkan kebaikan itu mengantarkan ke dlm surga. Sesungguhnya seseorang senantiasa bersikap jujur hingga ia dicatat di sisi Allah Ta’ala sebagai orang yang jujur. Dan sesungguhnya Al-Kadzib (kebohongan) itu mengarahkan pada kejahatan, sedangkan kejahatan itu menjerumuskan ke dlm Neraka. Sungguh seseorang senantiasa berbohong hingga dicatat sebagai pendusta.” (HR. Bukhari (10/423)

Dalam menafsirkan hadits diatas, para ulama menyatakan; Sesungguhnya kejujuran akan mengantarkan pada amalan shalih yang bersih dari segala cela. Al-Birr adalah sebutan umum bagi segala kebaikan. Ada juga yang berpendapat bahwa Al-Birr adalah Surga. Jadi, Al-Birr bisa dimaknai segala amal shalih; & Surga.

Adapun Al-Kadzib (kebohongan), maka perbuatan ini akan mengantarkan pada kejahatan, yaitu berpalingnya dari sifat istiqamah. Ada juga yang mengatakan bahwa kebohongan adalah kemaksiatan yang paling cepat menyebar.

Tentang tercelanya membicarakan segala sesuatu yang ia dengar, Rasulullah bersabda, “Cukuplah seseorang dianggap pendusta jika ia selalu membicarakan segala sesuatu yang ia dengar”. (HR. Muslim 1/10)

Abdullah bin  ‘Amr  berkata,  “Rasulullah  pernah datang ke rumah kami, waktu itu aku masih kecil, akupun keluar utk bermain. Ibuku kemudian memanggil, “Ya Abdullah kemari, nanti akan ibu beri sesuatu”. Maka Rasulullah  bertanya: “Apa yang akan kamu berikan?” Dia mejawab, “Saya akan memberi kurma”. Rasulullah  kemudian bersabda, “Seandainya engkau tak melakukan (apa yang engkau katakan), berarti telah dicatat atasmu satu kedustaan.” (HR. Abu Daud no. 4991)

Nabi  bersabda, “Seseorang yang senantiasa & terbiasa dgn dusta akan dicatat di sisi Allah ta’ala sebagai pendusta.” (HR. Bukhari 10/423, Muslim no. 2606)    Wahai saudara Islam, berdasarkan pemaparan di atas, maka berhati-hatilah dari akibat kedustaan, karena kedustaan adalah pangkal segala kejahatan. Hal itu sebagaiamana yang dinyatakan dlm sabda Rasulullah  diatas “Sesungguhnya kedustaan itu akan mengantarkan kepada kejahatan, sedangkan kejahatan akan menjerumuskan ke dlm neraka”.

FAKTOR-FAKTOR PENDORONG BERBUAT DUSTA

Motif yang mendorong orang-orang yang memiliki jiwa nista utk melakukan kedustaan cukup banyak, diantaranya adalah :

1.         Sedikitnya rasa takut kepada Allah Ta’ala & tak adanya perasaan bahwa Allah Ta’ala selalu mengawasi setiap gerak-geriknya, baik yang kecil maupun yang besar.

2.         Upaya mengaburkan fakta, baik bertujuan utk mendapatkan keuntungan atau mengurangi takaran, dgn maksud menyombongkan diri atau utk memperoleh keuntungan dunia, ataupun karena motif-motif lainnya. Misalnya saja: orang yang berdusta tentang harga beli tanah atau mobil, atau menyamarkan data-data yang tak akurat tentang wanita yang akan dipinang yang dilakukan pihak keluarganya.

3.         Mencari perhatian dgn membawakan cerita-cerita fiktif & perkara-perkara yang dusta.

4.         Tidak adanya rasa tanggung jawab & berusaha lari dari kenyataan, baik dlm kondisi sulit ataupun kondisi lainnya.

5.         Terbiasa melakukan dusta sejak kecil. Ini  merupakan hasil pendidikan yang buruk. Karena, sejak tumbuh kuku-kukunya (sejak kecil), sang anak biasa melihat ayah & ibundanya berdusta, sehingga ia tumbuh & berkembang dlm lingkungan sosial semacam itu.

6.         Merasa bangga dgn berdusta, ia beranggapan bahwa kedustaan menandakan kepiawaian, tingginya daya nalar, & perilaku yang baik.

DAMPAK BURUK DUSTA

Di antara sebab terbanyak yang menjerumuskan anak Adam ke lembah kemaksiatan, adalah mereka tak menjaga dua hal, yaitu lidah & kemaluannya. Sehingga Rasulullah  bersabda, ”Barangsiapa yang mampu menjaga apa yang terdapat di antara dua janggutnya & apa yang ada di antara dua kakinya, maka aku jamin akan masuk surga.” (HR. Bukhari, no. 6474. At-Tirmidzi, no. 2408)

Kemaksiatan yang ditimbulkan dari kemaluan adalah zina, & kemaksiatan yang ditimbulkan oleh lisan adalah dusta. Terkadang dgn lisannya seseorang mengucapkan kata-kata tanpa dipertimbangkan & dipikirkan sebelumnya, sehingga menimbulkan fitnah & kemudharatan yang banyak bagi dirinya maupun bagi orang lain.            Oleh karena itu jelaslah bahwa di antara keselamatan seorang hamba adalah tergantung pada penjagaannya terhadap lisannya. Nabi  sendiri pernah menasehati ‘Uqbah bin Amir ketika dia bertanya tentang keselamatan, lalu beliau bersabda, ”Peliharalah lidahmu, betahlah tinggal di rumahmu & tangisilah dosa-dosamu.” (HR Tirmidzi, hadits hasan).

Termasuk penyimpangan yang nyata & banyak terjadi di masyarakat kita sekarang ini adalah melakukan dusta, baik dlm ucapan maupun perbuatan, baik dlm menjual maupun membeli, dlm sumpah & perjanjian, bahkan menggunakan dusta sebagai bumbu dakwah & menjatuhkan orang karena kedengkian.

Pembaca yang budiman, dusta mempunyai beberapa pengaruh buruk, yang seandainya hal ini disadari oleh para pendusta pasti mereka akan meninggalkan kebiasaan dustanya & akan kembali bertaubat kepada Allah Ta’ala. Sebagian dari pengaruh buruk itu adalah:

1. Menyebarkan keraguan kepada & di antara manusia Keraguan artinya bimbang & resah. Ini berarti seorang pendusta selamanya menjadi sumber keresahan & keraguan, serta menjatuhkan ketenangan pada orang yang jujur. Berkata Rasulullah , ”Tinggalkanlah apa-apa yang membuatmu ragu & ambil apa-apa yang tak meragukanmu, karena sesungguhnya kejujuran itu adalah ketenangan & dusta itu adalah keresahan.” (HR Tirmidzi, An Nasai, & lainnya).

2. Terjerumusnya seseorang ke dlm salah satu tanda munafik Dari Abdullah bin Amr bin ‘Ash , bahwa Nabi  bersabda : “Empat hal, yang jika itu terhimpun pada diri seseorang, maka dia adalah seorang munafik sejati. Dan jika melekat salah satunya, maka dlm dirinya terdapat satu sifat dari kemunafikan, hingga ia meninggalkannya. Yakni jika diberi kepercayaan dia berkhianat, jika berbicara ia berdusta, jika berjanji dia mengingkari, & jika bertengkar dia berbuat aniaya.” (HR. Bukhari (1/84)

3. Hilangnya kepercayaan. Sesungguhnya selama dusta menyebar dlm kehidupan masyarakat, maka hal itu akan menghilangkan kepercayaan di kalangan kaum Muslimin, memutuskan jalinan kasih sayang di antara mereka, sehingga menyebabkan tercegahnya kebaikan & menjadi penghalang sampainya kebaikan kepada orang yang berhak menerimanya.

4. Memutarbalikkan kebenaran. Di antara pengaruh buruk dusta adalah memutarbalikkan kebenaran & membawa berita yang berlainan dgn fakta, lebih-lebih dilakukan dgn tanpa mencari kejelasan atau tabayyun yang disyariatkan. Hal ini dilakukan karena para pendusta suka merubah kebatilan menjadi kebenaran, & kebenaran menjadi kebatilan dlm pandangan manusia. Sebagaimana para pendusta pun suka menghias-hiasi keburukan sehingga tampak baik & menjelek-jelekkan yang baik sehingga berubah menjadi buruk. Dan itulah perniagaan para pendusta yang terurai rapi & mahal harganya menurut pandangan mereka.

Dan apa saja yang mereka katakan tentang keburukan seseorang, & apapun pengaruhnya, maka hati-hatilah terhadap mereka, baik yang anda baca dari mereka ataupun yang anda dengar. Pahami firman Allah Ta’ala, ”…Sesungguhnya Allah tak memberi petunjuk kepada orang-orang yang melampaui batas lagi pendusta.” (QS Al Mukmin: 28)

5. Pengaruh dusta terhadap anggota badan.       Dusta menjalar dari hati ke lidah, maka rusaklah lidah itu, lalu menjalar ke anggota badan, maka rusaklah amal perbuatannya sebagaimana rusaknya lidah dlm berbicara. Maka, jika Allah Ta’ala tak memberikan kesembuhan dlm kejujuran kepada para pendusta itu. Sehingga semakin rusaklah mereka & menjerumuskan mereka ke arah kehancuran. Rasulullah  bersabda, ”Sesungguhnya kejujuran itu menuntun kepada kebajikan, sedangkan dusta menuntun kepada kedurhakaan.” (Muttafaq ‘alaih).

Itulah sebagian kecil dari akibat buruk dusta yang semuanya merupakan akibat yang terasa di dunia, & di sisi Allah balasan bagi pendusta lebih dahsyat & mengerikan. Jelaslah bahwa para pendusta akan berjalan di atas jalan yang menuju neraka, karena dgn berdusta berarti ia akan membuka berbagai pintu keburukan lainnya.

SOLUSI UNTUK MENGOBATI

Pembaca yang mulia, sangat penting bagi kita semua memperhatikan bahaya dusta, sehingga takut utk melakukannya. Adapun cara utk menghindar darinya antara lain:

1. Tidak bergaul dgn para pendusta & mencari teman yang shaleh lagi jujur.

2. Mempunyai keyakinan yang mantap akan bahaya yang ditimbulkannya baik di dunia maupun di akhirat.

3. Melatih hati & lisan utk selalu berkata & berbuat jujur.

4. Selalu aktif mengkaji Al-Qur’an & mengamalkannya.

Semoga Allah menganugerahkan kejujuran kepada kita semua dlm ucapan maupun perbuatan.

[Oleh : Tim Redaksi Buletin Istiqomah, Rujukan : Al-Kadzib karya Abdul Malk Al-Qasim]. 
sumber: www.mediasalaf. com